Departemen Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Indosesia, Depok
16424, Indonesia
E-mail: niyonakenegak@hoo.co.id
Abstrak
Perbincangan seperti rapat, sidang, diskusi, dan talk show, sering kali tidak disertai dengan
sebuah metode untuk
menganalisis akar masalah dan solusinya maupun tanpa kebutuhan
untuk menganalisisnya. Akibatnya perbincangan
sangat jarang mendapati akar masalah, dan dengan sendirinya
tidak ada penyelesaian mendasar. Metode Analisis Akar
Masalah dan Solusi (MAAMS) ini menyajikan suatu cara berpikir
yang diperagakan dengan tata-alir (flow
chart),
disertai dengan beberapa contoh. Penerapan MAAMS membantu
penggunanya untuk berpikir induktif maupun
deduktif, kualitatif maupun kuantitatif, lebih mendalam dan
menyeluruh, serta mempermudah kerjasama inter, multi,
atau transdisiplin.
The Method of Root Cause Analysis and Solutions (MRCAS)
Abstract
Most of discourses in meetings, discussions, conferences and
talk shows are not equipped with a method which
analyzes the root cause and its fundamental solution, and even
without the need of analyzing it. As the result,. the
discourses almost never find the root cause, and so
automatically there are be no fundamental solution. The Method of
Root Cause Analysis and Solutions (MRCAS) gives a mode of
thought figured by a flow chart and some examples.
Application of MRCAS helps its users simultanously thinking
inductively and deductively, qualitatively and
quantitatively, more deeply and holistically, and also
facilitate them in inter or multi or transdiscipline cooperation.
Keywords: root cause analysis, method, qualitative/quantitative,
basic solutions, inter or multi or transdiscipline
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Perbincangan tentang suatu masalah yang berlangsung
dalam rapat, sidang, diskusi, maupun talk show sering
kali berkembang menjadi semakin rumit. Ketika itulah,
walaupun amat sangat jarang, dirasakan pentingnya
mengetahui apa yang menjadi
akar atau duduk perkara
dari masalah. Sayangnya ketika ada seseorang yang
menyatakan sesuatu sebagai akar masalah, peserta lain
pun mengemukakan sesuatu yang lain sebagai akar
masalah. Masing-masing mengklaim pernyataannya
sebagai akar masalah, tetapi tidak disertai penjelasan
yang gamblang, eksplisit, sistematik, dan mudah
diperagakan; dengan kata lain tidak metodis.
Akibatnya, perbincangan lisan maupun tertulis menjadi
bertele-tele dan tidak berakhir dengan solusi (yang
mendasar); menghamburkan pikiran, waktu/ ruang, dan
biaya; serta tetap membingungkan hadirin maupun
banyak orang yang awam. Secara keseluruhan
perbincangan tersebut tidak mencerdaskan, tidak
meningkatkan kualitas berpikir, dan tidak membantu
masyarakat mengatasi masalah. Oleh karena itu
diperlukan adanya suatu metode – sekurang-kurangnya
sesuatu yang lebih metodis dan dapat diperagakan–
untuk membantu proses berpikir dan proses
perbincangan agar produktif.
Metode ini semula dirancang untuk keperluan
pengajaran di kelas sejak 1995. Setelah dikembangkan
dengan beberapa perbaikan, makalah disampaikan
dalam sebuah seminar Asosiasi Peneliti dan
Pengembang Pendidikan Tinggi pada 16 Oktober 1999
di Jakarta.
Tulisan ini menyajikan suatu metode berpikir dengan
menggunakan tata alir
(flow chart) yang terutama
dimaksudkan untuk mendapatkan “sebab terdalam atau
akar suatu masalah”, dan kemudian, berdasarkan itu,
dapat membuat alternatif solusi dasar. Metode ini
7273 MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 12, NO. 2, DESEMBER 2008:
72-81
dilengkapi dengan beberapa konsep dan syarat yang
perlu digunakan dalam menerapkannya”. Konsep yang
terpenting adalah pendekatan terhadap masalah
(realitas); sumber-sumber kebenaran (hati nurani, ilmu,
filsafat, agama, ditambah seni sebagai fasilitator); dan
teori-teori kebenaran (theory
of truth), yang secara
keseluruhan mengarahkan kecerdasan akal dan
kejujuran dalam proses berpikir.
Munculnya kebutuhan menyusun MAAMS ini didorong
oleh dua inspirasi, faktual dan konseptual. Yang faktual,
yakni banyak orang yang menyatakan sesuatu sebagai
akar masalah (sosial-politik dan kebijakan publik,
terutama) tetapi mereka tidak memberikan metode atau
caranya. Barangkali hal ini memang disebabkan oleh
belum lazimnya penggunaan metode untuk itu.
Sepanjang pengalaman kuliah, belum ada dosen yang
menggunakan metode penelusuran atau analisis akar
masalah untuk masalah-masalah sosial-politik dan
kebijakan publik. Pencarian kepustakaan sejenis di
perpustakaan maya dengan menggunakan piranti
Google pada awal Juli 2007 menemukan istilah root
cause analysis (RCA), why-because analysis (WBA),
fishbone diagram dan why-why analysis di sebuah buku
(Cooke, 1991:254, Chang, 2003: 29, Gaspers, 2007:59-
72), yang kebanyakan diterapkan dalam bidang
kedokteran, keteknikan, dan manajemen.
Penggunaan metode analisis akar masalah dengan
model visual dalam masalah-masalah sosial politik dan
kebijakan publik, dalam kepustakaan berbahasa
Indonesia, tampaknya bahkan belum ada. Penulis baru
menemukan satu contoh yang mirip dengan penggunaan
metode ini tetapi tanpa disertai model visual dan urutan
tata caranya, yakni pada tulisan Kwik Kian Gie berjudul
“KKN Akar Semua Permasalahan Bangsa” (Kompas,
2004). Kelangkaan ini merupakan sesuatu yang layak
dikaji tersendiri, khususnya untuk tujuan pengembangan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar