Minggu, 10 Februari 2013

Aku Tidak Punya Siapa-siapa, Aku Butuh Teman


Sebuah cerita sebenarnya yang terjadi di Kanada yang dialami oleh almarhum Amanda Todd, salah seorang perempuan korban Bully. Tahun 2012 pun menjadi tahun terakhir dia hidup di dunia. Cerita ini untuk mengingatkan kembali efek Bully yang tidak mustahil melahirkan korban baik pria dan wanita di segala jenis usia. Amanda Michelle Todd lahir 27 November 1996 dan meninggal tanggal 10 October 2012 di usia 15 tahun. Amanda sendiri sempat mem-posting beberapa kisahnya di video Youtube sebelum dia memilih untuk mengakhiri hidupnya. Ada beberapa video yang diunggahnya yang bisa diakses sampai saat ini. Berikut penulis mengambil sudut pandang Amanda Todd dalam mengisahkan hidupnya sebelum hari kematian menjemputnya.

 ‘Hai semua, saya ingin bercerita kepada kalian semua tentang kisah yang menurutku tidak akan pernah habis-habisnya. Saya menikmati hidup yang indah sama seperti kebanyakan orang lainnya. Saya punya teman yang baik. Suatu ketika temanku mengajakku chatting katanya untuk bertemu dengan orang baru. Kenapa ngga? Saya setuju saja. Benar, disana ada orang baru dan keren, saya sangat senang. Kami bercerita dan ngobrol, mungkin di dunia maya atau chatting merupakan hal biasa ketika lawan chat kita meminta foto dan lain sebagainya tentang kita. Kenapa ngga? Saya melakukan seperti apa yang dia minta. Bagi saya itu fun, that’s good. Setelah saya merasa senang dan cukup, kami mengakhiri perbincangan kami. Sampai disitu semua baik-baik saja.

 Satu tahun kemudian, saya menerima sebuah pesan. Sebuah pesan dari jejaring sosial yang sering aku buka setiap hari. Mulanya aku biasa saja ketika membukanya. Tetapi setelah aku membacanya, ada sebuah perasaan yang tidak biasa menghampiriku. Rasanya mustahil, ada seorang pria yang tahu aku siapa, alamat tinggal, saudara-saudaraku, sekolah, sedangkan aku sendiri tidak tahu dia siapa. Dia mengatakan, ‘Kalau kau tidak melakukan sesuatu kepada saya seperti yang saya mau, saya akan mengirimkan foto ‘dada’ kamu.’ Kaget campur takut itulah yang saya rasakan, akan sebuah ancaman yang bagiku itu sangat menakutkan. Saya berpikir keras untuk mencari tahu siapa pria ini dan apa maksud pesannya. Dan kemudian aku sadar, itu kan setahun yang lalu? Bagaimana dia masih mengingatku? Dan jujur hari-hariku tidaklah lagi sama seperti sebelum aku menerima pesan itu. Aku merasa takut.

 Suatu ketika di akhir tahun, ada seorang datang ke rumahku di pagi dini hari pukul 4 dan hal yang paling tidak kusangka-sangka terjadi, seorang polisi datang dan memberikanku sebuah foto yang sama seperti yang aku terima dari orang asing di alamat emailku.  Yah, foto ‘dadaku’. Aku rasa dunia sudah kiamat, bukan hanya aku seorang yang punya foto ini, ternyata hampir semua orang yang kukenal memilikinya. Jantungku pasti sudah copot, aku tidak bisa berdiri, badanku lemah, aku pun terjatuh sakit. Aku jadi orang yang sangat gelisah, penuh depresi dan punya gangguan panik yang cukup parah. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku sulit untuk mencerna hal-hal sehat, yang kupikirkan adalah semua orang mengenalku dan semua orang membenciku. Aku minum alkohol dan sedikit bebanku hilang, aku tahu narkoba membuatku bisa melupakan masalah ini, aku minum sampai beberapa teguk. Tetapi setelah aku sadar, kondisi tidaklah menjadi berubah seperti yang aku harapkan. Aku putus asa, harapanku menguap ditelan angin. Semua terasa berat, dunia di sekitarku terasa berputar sangat cepat, bayangan foto itu kembali membayangi hari-hariku. Aku stress. Foto dadaku menjadi foto utama pria itu. Aku benar-benar sangat malu. Sekejap itu juga aku kehilangan teman, aku kehilangan sambutan mereka. Airmata yang selalu menemaniku setiap malam, tapi tidak sedikitpun aku pernah menemukan jalan keluarnya. Semua orang membenciku dan tidak ada lagi yang menyayangiku. Usaha apapun yang aku lakukan, aku tidak akan pernah mendapatkan fotoku lagi, teman-temanku, semua yang kumiliki. Aku telah kehilangan semuanya. Aku mencoba menyayat tanganku dan ingin segera ini semua berlalu.

 Setahun dalam tekanan dan depresi, orangtuaku memindahkanku ke sebuah sekolah baru. Semuanya kelihatan baik sekalipun aku masih melalui hari-hariku sendiri. Menghabiskan makan siang di perpustakaan setiap hari. Yah mungkin aku masih belum terbiasa, tapi aku akan mencoba melupakan masa lalu itu. Sampai sebulan berlalu, kemudian aku bertemu dengan salah seorang teman. Dia ternyata menyukaiku, tapi dia punya seorang pacar. Pria ini tampak serius denganku, aku pun menyukainya. Aku tidak peduli dia sudah punya pacar atau tidak, dan kami pun berpacaran. Dan setelah seminggu berlalu, aku mendapatkan sebuah pesan singkat di telepon genggamku, isinya ‘Pergi dari sekolah ini,’ aku masih belum mengerti maksud pesan ini, tiba-tiba aku melihat dari jauh 15 gadis dan dengan pacarku mendatangiku. Mereka mendekatiku dan bilang, ‘Hei, lihat sekelilingmu,’ dia berkata di depan seluruh murid sekolah yang sedang balik memerhatikanku. ‘Ngga ada seorangpun yang menyukaimu disini.’  Aku melihat sekelilingku dan melihat tatapan mereka yang menghakimiku, yang memandang dengan hina. Orang-orang berteriak untuk memukul dan menghajarku. Gadis yang mengolok-olokku ini kemudian melakukan seperti apa yang mereka minta. Dia menamparku dan membuatku jatuh ke tanah, disana dia memukuliku berulang-ulang. Dari sisi lain aku melihat seseorang merekam kejadian ini, aku tidak berdaya, tubuhku terkulai lemas. Hatiku tersayat-sayat. Airmata mengalir deras, mataku panas dan hatiku sakit sekali rasanya. Bahkan dalam kesakitanku aku lihat pria itu, pria yang belum lama menjadi pacarku, aku tidak ingin dia terluka seperti yang aku alami ini. Aku ngga ingin dia disalahkan dan dipermalukan seperti ini, karena aku tahu tidak ada seorangpun yang pantas diperlakukan seperti ini. Aku berbohong dan mengakui ini semua adalah kesalahanku, ini semua ideku. Akulah yang mengejar pria itu. Tapi aku salah, yang dia inginkan hanyalah seks. Dari jauh seorang guru datang tapi terlambat aku sudah terlebih dahulu meninggalkan lapangan sebelum gadis itu menghabisiku disana. Badanku hancur, tulang-tulangku remuk aku tidak kuat berjalan jauh dan aku terjatuh di sebuah parit. Ayahku menemukanku. Aku tidak lagi mau hidup, aku mau mati. Ayahku membawaku ke rumah, disana aku lihat pemutih pakaian dan meneguknya. Aku sudah tidak lagi punya keinginan hidup, hasratku untuk mati lebih besar daripada aku hidup. Pemutih ini berhasil menenangkanku, aku pikir aku pasti sudah mati. Kemudian ambulance datang. Aku masih berhasil diselamatkan. Sepanjang hari yang kulalui hanya penuh dengan beban dan pikiran. Sampai ada sedikit sisa-sisa kekuatanku ku coba membuka kembali emailku dan kemudian kumenemukan sebuah kalimat, ‘Kau layak menerimanya, sudahkah kau mencuci rambutmu dari lumpur? Aku harap kau mati.’

 Tidak ada lagi yang peduli padaku, tidak ada lagi yang menginginkanku. Aku tahu, aku tidak berharga lagi. Mamaku kemudian mengajakku pindah ke tempatnya, aku sudah capek, aku ingin pindah ke sekolah baru yang dimana banyak orang menerimaku. Aku pun mEncoba lagi memulai kehidupan yang baru, aku letih, aku ingin keluar dari ini semua. Enam bulan berlalu, aku melihat sebuah postingan gambar tentang pemutih, clorex dan parit dan namaku ditaruh di gambar itu. Ada komentar di gambar mengatakan, ‘Seharusnya dia mencoba pemutih yang lain dan mati, bukankah dia itu sangat bodoh? Aku harap dia melihat ini dan membunuh dirinya..








Aku bertanya-tanya dalam hati, kenapa kalian melakukan ini padaku. Aku bahkan tidak pernah berbuat jahat kepada kalian. Aku sudah meninggalkan kota dan kalian bahkan tidak peduli, aku menangis sepanjang malam. Kalian jahat sekali, aku tahu aku sudah berbuat salah tapi kenapa kalian berpikir seperti itu. Tiada hari lagi bagiku berpikir untuk ada di bumi ini. Kalau pun aku terbangun pagi hari yang ada di pikiranku adalah, mengapa aku masih ada di bumi ini? Kegelisahanku semakin menjadi-jadi. Hidup bukan lagi semakin baik, aku terus mendapat pesan yang sama bahkan semakin mengerikan padaku, memintaku untuk segera pergi dari dunia ini. Aku takut bertemu orang, aku takut sekolah, aku takut keluar rumah, aku takut berbuat apapun. Aku menyayat-nyayat tanganku, ingin segera mengakhiri hidup secepatnya. Aku dirawat konseling beberapa bulan, dan aku tidak bisa lagi bertahan, aku overdosis, narkoba adalah makananku sehari-hari. Aku sangat kesepian, tidak ada seorang lagi yang peduli padaku, semua membenciku, aku tidak mau hidup lagi. Aku tahu, tidak ada seorangpun yang menginginkanku lagi hidup. Aku tidak punya siapa-siapa. Aku hanya butuh teman…”

 Cerita ini didedikasikan untuk semua korban bully, dan Amanda Todd yang mengakhiri hidup karena depresi. Video bisa dilihat di http://www.youtube.com/watch?v=KRxfTyNa24A. Tidak ada yang diinginkan seorang di dunia ini selain teman, dan teman yang bisa membuatnya bangkit.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar