Minggu, 10 Februari 2013

Dalam Fenomena Sosial


lain. Dalam fenomena sosial hampir tidak ditemukan
adanya satu faktor yang menyebabkan satu fakta
lain, melainkan beberapa faktor sekaligus, baik
secara kausal maupun korelasional. Di sinilah
muncul kebutuhan untuk berpikir dan berkerjasama
secara interdisiplin, multidisiplin, atau transdisiplin.
c. Terhadap masing-masing sebab (faktor) diajukan
pertanyaan “benarkah?” dalam arti apakah ia
memang menjadi sebab dari masalah X. Untuk itu
lebih dulu dilakukan pengkajian atau penelitian, baik
secara logis (formal) ataupun empiris (material),
kualitatif maupun kuantitatif, induktif maupun
deduktif (Hayon, 2005). Jika hasilnya benar, tahap
kedua dari penelusuran sebab dapat dilakukan, yang
berarti mencari sebab-sebab dari setiap sebab pada
tahap pertama (Sa1, Sb1 dan seterusnya). Jika
hasilnya salah, sebab tersebut diabaikan dan kembali
ke awal dengan mengidentifikasi kemungkinan sebab
lainnya. Pada langkah ketiga inilah keseluruhan
pengetahuan tentang kebenaran dan pendekatan
terhadap masalah diterapkan secara kritis.
d. Tahap kedua dan seterusnya (tahap ke  n) caranya
sama seperti tahap pertama. Bedanya adalah bahwa
kemungkinan sebab (faktor) yang diidentifikasi
menjadi semakin sedikit karena adanya kesamaan
sehingga bukan a,b,c,d lagi tapi a,b,c, dan pada
akhirnya a dan b sebagai sebab terdalam atau akar
masalah (a dan b menunjukkan bahwa sebab dasar
terdiri lebih dari satu sebab).  75 MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 12, NO. 2, DESEMBER 2008: 72-81
Catatan:
Pertama, sangat mungkin bahwa penyebab Sa1 (atau
Sb1) lebih dari satu sehingga bukan hanya Sa2 tapi
Sa2.1 dan Sa2.2; identifikasi lebih dari satu sebab ini
penting dilakukan sebelum menetapkan salah satu
atau semuanya untuk ditelusuri. Dalam hal ini untuk
penelusuran tahap ketiga (Sa3) bisa saja dipilih satu
yang paling relevan atau yang menunjukkan
kesamaan dengan Sb3, Sc3, atau Sd3. 
Kedua, sebab-sebab yang sudah ditulis dengan
sendirinya tidak dapat ditulis lagi pada tahap
berikutnya; hal ini untuk menghindari alur pikir
melingkar atau lingkaran setan.
Ketiga, rumusan kalimat secara keseluruhan harus
bermakna hal negatif, bukan positif, kecuali pada
jenis masalah yang sifatnya “hanya demi
peningkatan untuk lebih baik lagi, bukan
pemulihan”.
Keempat, rumusan kalimat untuk setiap sebab tidak
menggunakan kata-kata seperti karena, sehingga,
maka, akibatnya, dsb.
Kelima, sebab yang ditulis pada urutan berikutnya
bukan sekedar penjabaran atau ungkapan lain dari
sebab sebelumnya. Penjabaran atau rincian yang
panjang dapat disampaikan dalam bentuk catatan
kaki.
e. Penelusuran dapat dihentikan dengan
memperhatikan dua syarat. Pertama, apa yang
dipandang sebagai akar masalah tersebut dapat
secara sekaligus dicarikan solusi individual/
personal/mentalistik –berupa imbauan pada nurani
atau niat seseorang– maupun solusi sistemik/
struktural/institusional/legalistik –berupa UU atau
peraturan dengan sanksi hukum. Solusi individual
relatif mudah dilaksanakan, sedangkan solusi
sistemik lebih sulit dilaksanakan. Oleh karena itu
untuk memenuhi syarat solusi sistemik ini, rumusan
sebab atau akar masalah hendaknya memperlihatkan
perilaku nyata yang cukup mudah diamati, dan tentu
saja layak untuk dijatuhi sanksi hukum. Jika syarat
ini tidak terpenuhi, proses diulang dari tahap
sebelumnya atau dari awal lagi. Kedua, terdapat
persetujuan dari peserta yang terlibat perbincangan.
Catatan: Cukup sering terjadi, penelusuran sebab
berhenti sebelum sampai pada akar masalah/akar
penyebab. Mungkin ini terjadi karena keengganan,
kemalasan, kurang mampu, atau kurang jujur.
TATA ALIR METODE AAMS
 MASALAH  SOSIAL  (“X”)
                                   Ó
APA SEBABNYA ?
                  Р            
SEBAB (SEBAB)NYA :     Sa1    Sb1    Sc1    Sd1
                  Р                                                    - - - - - - - - - - - - - - - - -   I
BENARKAH ?
(KAJIAN LOGIS-EMPIRIS) :  ...............    YA       /       TIDAK  
                                                                       È
                                                        SOLUSI DARURAT  
APA SEBAB DARI :  Sa1,  Sb1,  Sc1,  Sd1
                  Ð
SEBAB (SEBAB)NYA :          Sa2    Sb2    Sc2
                  Р                                                   - - - - - - - - - - - - - - - - -  II
BENARKAH ?
(KAJIAN LOGIS-EMPIRIS) :  ...............    YA       /       TIDAK
                                                                        È
                                                         SOLUSI TANGGUNG
       
APA SEBAB DARI :  Sa2,  Sb2,  Sc2
                   Ð
        DAN SETERUSNYA                           Sa(n), Sb(n)
HINGGA SEBAB TERDALAM/                    - - - - - - - - - - - - - - - - -   n
SEBAB DASAR/AKAR MASALAH*)                 YA
                                                                                   È
                                                                      SOLUSI DASAR
*   Akar Masalah (San, Sbn) harus bisa disepakati, dan bisa langsung dicari solusi individual & sistemiknya sekaligus
**  Sebab yang ditelusuri adalah sebab yang negatif MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 12, NO. 2, DESEMBER 2008: 72-81  76
f.  Mengenai solusi, di dalam  flow chart dibedakan
menjadi tiga: darurat/permukaan/jangka pendek,
tanggung/jangka menengah, dan dasar/jangka
panjang. Jika identifikasi sebab-sebab dilakukan
hanya sampai permukaan saja, maka solusinya pun
bersifat permukaan, demikian pula bila tanggung
(Dua tahap inilah yang sering terjadi sehingga
menimbulkan perbincangan yang berkepanjangan,
dan lalu dipotong-potong menjadi kemasan topiktopik kecil yang sangat banyak jumlahnya. Analisis
yang tidak tuntas ini,  secara sadar atau tidak,
dimanfaatkan oleh media massa secara komersial –
komodifikasi masalah– berupa talk show dan rubrik
opini. Kalangan akademis pun bisa tanpa sadar
melakukan hal yang sama dengan mengemasnya
sebagai topik-topik penelitian dan diskusi, dan tema
jurnal yang mungkin “sekadar” menambah
penghasilan, publikasi, dan angka kredit kenaikan
pangkat. tetapi tidak mengatasi masalah secara
“tuntas”. Kerjasama media massa dan ilmuwan bisa
tergelincir melakukan “play acting at science” yang
memunculkan ilmuwan selebritis). Hanya bila akar
masalah teridentifikasi maka solusi yang mendasar
dapat dirumuskan. Selanjutnya, solusi dasar
ditindaklanjuti lagi dengan evaluasi, termasuk
dengan penelusuran ulang sebab-sebab.
Uraian di atas memperlihatkan bahwa MAAMS
merupakan metode yang memiliki sifat kualitatif,
deduktif maupun induktif, yang dalam penerapan
rincinya (tahap pembuktian/penelitian) sangat mungkin
membutuhkan analisis data kuantitatif serta penerapan
logika formal dan logika material.
Berikut ini adalah contoh-contoh penerapan metode
MAAMS yang, mengingat keterbatasan penulisan, tidak
sepenuhnya menerapkan langkah ke-3, khususnya
penelitian empiris. Meski demikian keseluruhan contoh
diharapkan sudah dapat menjelaskan penerapan
MAAMS.
Tabel 1. 
Contoh 1: Mengapa Kualitas SDM Kita Rendah? 
Sebab a1  Sebab b1 Sebab c1 Sebab d1
Kualitas guru (dosen) rendah
(menjadi rendah) setelah masuk
di dalam sistem birokrasi.
Kualitas murid (lulusan)
sebagai input banyak yang
rendah
Kurikulum pendidikan kurang
tepat, salah arah (dalam konsep
dan operasionalisasinya)
Kepedulian keluarga dan
masyarakat terhadap peningkatan
kualitas SDM tidak memadai
Sebab a2  Sebab b2 Sebab c2 Sebab d2
Sibuk mengajar, mengejar
jabatan struktural, sangat minim
temuan akademis (konsep,
model, teori, paradigma) baru.
Kualitas unit yang memroses
juga rendah (guru, fasilitas,
kualitas)
Adanya kepentingan yang
tidak etis dalam merumuskan
konsep maupun
pelaksanaannya
Masyarakat sendiri (sebagian)
sudah terpolusi/ terkontaminasi
praktik yang tidak etis/curang
(kolusi, suap, dsb)
Sebab a3  Sebab b3 Sebab c3 Sebab d3
Kesejahteraannya rendah, tidak
mencukupi kebutuhan.
Anggaran pendidikan
dalam APBN rendah
Masyarakat tidak memiliki
akses kontrol yang memadai
Kurang beningnya proses seleksi
dan evaluasi siswa maupun
karyawan.
Sebab a4  Sebab b4 Sebab c4 Sebab d4
Anggaran gaji PNS kecil
(APBN terbatas)
Pajak yang terkumpul hanya
dari sekitar 50% wajib pajak
(temuan Hussein Kartasasmita,
rubrik pajak, 1994). Sebagian
sisanya digelapkan.
Sistem demokrasi yang
digunakan, sadar atau tidak,
dirancang oligarkhis.
Ada semacam kesengajaan pada
pembuat keputusan, agar terdapat
celah untuk “memainkan”
kekuasaan demi keuntungan
pribadi/kelompok.
Sebab a5  Sebab b5 Sebab c5 Sebab d5
Pajak yang terkumpul hanya
dari sekitar 50% wajib pajak
(temuan Hussein Kartasasmita,
analis pajak, 1994). Sebagian
sisanya digelapkan.
1. Korupsi Harta melalui Tahta
2. Pengetahuan yang tidak
memadai (utuh-menyeluruhmewujud) tentang yang benar
dan baik pada individu maupun
sistem berkaitan dengan
pemenuhan kebutuhan dasar
(motivasi) tahta.
1. Korupsi Tahta
2. Pengetahuan yang tidak
memadai (utuh-menyeluruhmewujud) tentang yang
benar dan baik pada individu
maupun sistem berkaitan
dengan pemenuhan
kebutuhan dasar (motivasi)
harta dan tahta.
1. Korupsi Tahta demi Harta atau
Tahta lainnya.
2. Pengetahuan yang tidak
memadai (utuh-menyeluruhmewujud) tentang yang benar
dan baik pada individu maupun
sistem berkaitan dengan
pemenuhan kebutuhan dasar
(motivasi) harta + tahta.
Sebab a6
1. Korupsi Harta melalui Tahta
2. Pengetahuan yang tidak
memadai (utuh-menyeluruh
mewujud) tentang yang benar
& baik pada individu maupun
sistem berkaitan dengan
pemenuhan kebutuhan dasar
(motivasi) tahta.77 MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 12, NO. 2, DESEMBER 2008: 72-81
Tabel 2. 
Contoh 2: Mengapa Terjadi Tawuran Antar-Pelajar
Sebab a1  Sebab b1  Sebab c1  Sebab d1
Perhatian orang tua
(komunikasi) rendah.
Kadar moral/agama
pelajar rendah.
Lingkungan sekolah 
rawan.
“Pembudayaan” kekerasan di
media massa.
Sebab a2  Sebab b2  Sebab c2  Sebab d2
Orang tua terlalu sibuk (untuk
mencukupi kebutuhan, dsb)
Pendidikan/pengajaran moral/
agama kurang memadai, tidak
sesuai dengan praktik.  
Berdekatan dengan pusat
keramaian: mall, dsb. (Semula
jauh)
Komersialisasi dan komodifikasi
informasi kejahatan dan hiburan
yang mengandung kekerasan. 
Sebab a3  Sebab b3  Sebab c3  Sebab d3
Gaji orang tua (terutama PNS)
kurang memadai 
Guru tidak bisa diteladani
(terima suap, “jual nilai”)
Aparatnya kolusi dengan
pengusaha. Tata ruang diubah
semaunya.
Lemahnya (mekanisme) kontrol
terhadap isi siaran media massa.
Sebab a4  Sebab b4  Sebab c4  Sebab d4
Anggaran gaji PNS kecil
(APBN minim)
Kesejahteraannya rendah,
anggaran untuk gaji guru PNS
kecil (APBN minim).
1. Gaji aparat rendah. 
2. Kontrol dan partisipasi 
publik dalam pembuatan
keputusan sangat terbatas
Kontrol dan partisipasi publik
dalam pembuatan keputusan
sangat terbatas
Sebab a5  Sebab b5  Sebab c5  Sebab d5
Pajak yang terkumpul ha nya
dari sekitar 50% wajib pajak
(temuan Hussein Kartasasmita,
rubrik pajak, 1994). Sebagian
sisanya digelapkan.
Pajak yang terkumpul hanya
dari sekitar 50% wajib pajak
(temuan Hussein Kartasasmita,
rubrik pajak, 1994). Sebagian
sisanya digelapkan.
1. Pajak yang terkumpul hanya
dari sekitar 50% wajib pajak
(temuan Hussein Kartasasmita,
rubrik pajak, 1994). Sebagian
sisanya digelapkan.
 2.Sistem demokrasinya, sadar
atau tidak, dirancang
oligarkhis.
Ada semacam kesengajaan pada
pembuat keputusan, agar terdapat
celah untuk “main-main”
kekuasaan demi keuntungan
pribadi atau kelompok.
Sebab a6  Sebab b6  Sebab c6  Sebab d6
1. Korupsi Harta melalui Tahta
2. Pengetahuan yang tidak
memadai (utuh-menyeluruhmewujud) tentang yang benar
dan baik pada individu
maupun sistem berkaitan
dengan pemenuhan kebutuhan
dasar (motivasi) tahta.
1. Korupsi Harta melalui Tahta
2. Pengetahuan yang tidak
memadai (utuh-menyeluruh -
mewujud) tentang yang benar
dan baik pada individu
maupun sistem berkaitan
dengan pemenuhan
kebutuhan dasar (motivasi)
tahta.
1. Korupsi Harta dan Tahta
2. Pengetahuan yang tidak
memadai (utuh-menyeluruhmewujud) tentang yang benar
& baik pada individu maupun
sistem berkaitan dengan
pemenuhan kebutuhan dasar
(motivasi) harta + tahta.
1. Korupsi Tahta demi Harta atau
Tahta lainnya.
2. Pengetahuan yang tidak
memadai (utuh-menyeluruh -
mewujud) tentang yang benar
dan baik pada individu maupun
sistem berkaitan dengan
pemenuhan kebutuhan dasar
(motivasi) harta + tahta.
Tabel 3. 
Contoh 3: Mengapa kepemimpinan Bush Jr. membuat keputusan menyerang Irak?
Sebab a1  Sebab b1  Sebab c1
Ada kepentingan tersembunyi yakni
bisnis minyak keluarga Bush dan kawankawan (Kompas, 2004).
Untuk menjamin pasokan minyak AS 
yang boros energi (dibanding bangsa lain).
Memenuhi amanat (dendam) Bush Sr. kepada
Saddam.
Sebab a2  Sebab b2  Sebab c2
Memperoleh laba/menambah kekayaan
pribadi melalui kesempatan yang bukan
pribadi. (Penyalahgunaan jabatan untuk
memperkaya diri).
Menaikkan pamornya sebagai presiden
yang mampu memenuhi kebutuhan rakyat
sehingga dapat dipilih lagi meski dengan
cara yang salah.
Untuk membahagiakan/memuaskan
keinginan orang tua melalui upaya negara.
Sebab a3  Sebab b3  Sebab c3
1. Korupsi tahta demi harta.
2. Pengetahuan yang tidak memadai
(utuh-menyeluruh-mewujud) tentang
yang benar dan baik pada individu
(Bush) berkaitan dengan pemenuhan
kebutuhan dasar (motivasi) harta &
tahta
1. Korupsi tahta.
2.Pengetahuan yang tidak memadai (utuhmenyeluruh-mewujud) tentang yang
benar dan baik pada individu (Bush)
berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan
dasar (motivasi) tahta.
1. Korupsi tahta demi orang tua.
2. Pengetahuan yang tidak memadai (utuhmenyeluruh-mewujud)  tentang yang benar
dan baik pada individu (Bush)  berkaitan
dengan pemenuhan kebutuhan dasar
(motivasi) tahta.MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 12, NO. 2, DESEMBER 2008: 72-81  78
Tabel 4. 
Contoh 4: Mengapa kepemimpinan para pebisnis “membuat keputusan” menyuap
Sebab a1  Sebab a1  Sebab c1
Ingin cepat menyelesaikan urusan melalui
jalan pintas tanpa peduli mengorbankan
orang lain atau tidak
Aparat (negara) sengaja mempersulit
pelayanan
Ingin produknya dibeli (dengan lebih dulu
memberi imbalan material maupun nonmaterial (harta, tahta, “cinta” kilat)
Sebab a2  Sebab b2  Sebab c2
Egoisme yang berlebihan (Sikap sosial
yang rendah)
Aparat ingin minta bagian secara tidak
langsung atas keuntungan pihak yang
“dilayaninya”
Mengejar target penjualan (laba) secara
gampangan
Sebab a3  Sebab b3  Sebab c3
Pengetahuan yang tidak memadai (utuhmenyeluruh-mewujud) tentang yang
benar dan baik pada individu (pengusaha)
berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan
dasar (motivasi) harta dan tahta.
Gaji aparat sangat kecil dibanding
penghasilan orang yang dilayaninya
(kecemburuan sosial)
Pengetahuan yang tidak memadai (utuhmenyeluruh-mewujud) tentang yang benar
dan baik pada individu (pengusaha)
berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan
dasar  (motivasi) harta dan tahta.
Sebab b4
Distribusi kekayaan nasional tidak adil,
salah dan buruk.
Sebab b5
1. Korupsi harta
2. Pengetahuan yang tidak memadai (utuhmenyeluruh -mewujud) tentang yang
benar dan baik pada individu (aparat
pemerintah) maupun sistem (pemerintah)
berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan
dasar (motivasi) harta dan tahta.
Contoh 5: Aborsi (Perselingkuhan/Zinah, Keretakan
Rumah Tangga, Pelacuran, Penularan HIV/AIDS,
Wanita/Pria Simpanan atau Panggilan). 
Untuk masalah-masalah dalam Contoh 5, penelusuran
dengan tata alir sebenarnya tidak harus dilakukan, sebab
masalahnya tidak serumit masalah yang disebut
terdahulu. Kalaupun MAAMS akan digunakan, 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar